Select Page

pnpm genengLokasi Kecamatan Geneng berada di sebelah selatan Kota Kabupaten Ngawi merupakan daerah dataran rendah dengan jumlah desa 13 desa, jumlah penduduk 55.193 jiwa yang terdiri dari 25.317 jiwa penduduk perempuan dan 29.876 jiwa penduduk laki-laki, jumlah KK 13.518, jumlah Rumah Tangga Miskin 9.434, luas wilayah kecamatan Geneng adalah 2.895,87 Ha. Salah satu nilai tambah dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) adalah kesinambungan produk ekonominya, melalui Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) yang sudah melahirkan kelompok-kelompok pemanfaat. Sampai dengan bulan September 2013, tercatat sebanyak 122 kelompok yang sudah bergabung dengan PNPM-MPd sejak tahun 2009. Kesinambungan kelompok SPP ini tentunya memberikan nilai tambah bagi keberlanjutan SPP melalui proguliran. Disisi lain, bertambahnya kelompok juga memberikan tantangan agar bagaimana kelompok juga terus menjalin kerjasama dengan UPK melalui perguliran tersebut. Salah satu upaya menguatkan kerjasama tersebut dengan berjalannya Paguyuban kelompok SPP.

Beternak Lele adalah salah satu dari beragam usaha perikanan darat yang dikelola oleh masyarakat di kecamatan Geneng, mulai dari usaha pembibitan sampai dengan pembesaran. Namun terbatasnya akses pasaran seringkali membatasi pemasaran produk. Harga yang berfluktuatif dan juga dominasi tengkulak besar pada akhirnya nilai jual yang diterima petani rendah. Bapak Suwaji, seorang petani sederhana dari Dusun Satriyan II Desa Tepas, Kecamatan Geneng salah satunya. Berawal dari kegelisahan akan melimpahnya hasil beternak lele, namun pada saat panen ternyata harga di pasaran jauh dari yang diharapkan. Harapan perolehan pada saat panen tidak sebanding dengan biaya produksi yang sudah dikeluarkan. Bermula dari coba-coba, proses trial dan error yang tidak pantang menyerah akhirnya membuahkan hasil. Melalui Kelompok Pengolahan dan Pemasaran (Poklahsar) pada Kelompok Tani Satriyan II, pak Suwaji telah berhasil mengembangkan beragam produk teknologi pengolahan ikan lele dengan nilai jual yang tinggi. Dari proses ‘trial dan error’ itulah dan dukungan dari kelompok tani yang menaungi, beragam makanan dari lele telah berhasil dikembangkan’ mulai dari abon, keripik sirip, rambak kulit semuanya berbahan ikan lele yang dikemas secara modern sehingga berhasil memikat pasaran.
 Keberhasilan Bapak Suwaji melalui Poklahsar Kelompok Tani Satreyan II juga memberikan inspirasi bagi Paguyuban Kelompok SPP untuk dapat memotivasi kelompok dalam usaha. Memalui pertemuan Paguyuban Kelompok SPP pada tanggal 27 September 2013, UPK juga menghadirkan Bapak Suwaji sebagai salah satu Nara Sumber dalam kegiatan Paguyuban SPP untuk meninisiasikan usaha yang sudah dikelolanya pada kelompok SPP yang ada di Kecamatan Geneng. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya dalam memberikan motivasi dan inspirasi bagi ibu-ibu untuk memulai usaha dengan mendaya-gunakan potensi yang ada disekitarnya, sebagaimana yang sudah dilakukan oleh Bapak Suwaji.
Paguyuban Kelompok SPP yang merupakan salah satu kegiatan sebagai bentuk penguatan kelompok SPP yang sudah bergabung dengan UPK. Kegiatan ini diharapkan juga mampu memberikan inspirasi dan motivasi bagi pemanfaat SPP untuk mengembangkan usaha yang telah dimiliki. Kegiayan paguyuban kelompok tanggal 27 September 2013 dengan menghadirkan nara sumber pelaku usaha yang berasal dari orang setempat memiliki beberapa nilai strategis:
  1. Sebagai upaya menjalin kerjasama dengan kelompok-kelompok lain yang berada di wilayah setempat, sehingga diharapkan mampu bermitra dalam pengembangan kelompok SPP yang sudah berjalan hampir 5 tahun.
  2. Melalui nara sumber setempat seperti ini juga diharapkan memberi kemudahan relasi antar pelaku, sehingga upaya menjalin kerjasama dapat ditindak-lanjuti oleh kelompok SPP maupun pemanfaat yang ada didalamnya..
  3. Menggugah kesadaran bagi kelompok atau pemanfaat SPP bahwa beragam usaha juga dapat dikembangkan dengan memulai apa yang ada disekitar.
  4. Keberhasilan nara sumber juga diharapkan menjadi inspirasi bagi kelompok maupun pemanfaat, baik untuk memulai usaha maupun meningkatkan usaha yang sudah digelutinya bahwa pentingnya keuletan dengan mengoptimalkan produk mulai dari proses olah sampai kemasan.

 

Keberanian Bapak Suwaji untuk selalu mencoba dan gagal, kemudian mencoba lagi diharapkan mengisisiasi kelompok dan pemanfaat SPP untuk memulai usaha atau mengembangkan usaha yang digelutinya, bahkan bila perlu keluar dari ‘pakem’ yang selama ini dilakukan.
Beberapa kelompok SPP yang sudah eksis dengan konsentrasi pada produk tertentu memang sudah ada, seperti : Kelompok Jamu di Dusun sambirobyong, Desa Geneng yang berkonsentrasi di usaha jamu tradisional atau Kelompok Sejahtera di Dusun Jetak Desa Klitik dengan usaha pembuatan tusuk sate. Namun dengan menghadirkan nara sumber diharapkan dapat memberi inspirasi bagi kelompok lain untuk segera memulai. (PNPM Mandiri Pedesaan Kab. Ngawi)
Skip to content